Pages

Sabtu, 04 Februari 2012

cinta dibawah pohon akasia terakhir

bel pulang sekolah pun berbunyi. andhika sudah menunggu di depan gerbang sekolahku. seperti saat berangkat sekolah semua mata memandang ke arah kami.
"ngapain loe nunggu gwe..." kataku..
"sepeda loe kan di gwe..." jawab andhika.
"ya udah deh cepetan" jawabku karena tidak ingin ja bi objek smata teman-temanku.
dari saat itu andhika selalu menjemputku sekolah dan mengantarku pulang. itu dilakukannya hampir setiap hari. dan kita seringkali bermain bersama.
hingga suatu hari, setelah sampai di rumah aku ganti baju dan langsung menuju pohon akasia besar di tengah perkebunan, disana sudah ada ardi.
"tumben loe udah di sini...."
"ga pa pa donk sekali-kali..."
"terserah apa kata loe deh" jawabku.
"zi... loe jadian ya sama andhika" tanya ardi tiba-tiba
"ngga tuh... kata siapa loe...? jawabku dengan terkejut.
"beneran nih..." tanya ardi lagi.
tiba tiba andhika datang. " sekarang belom Di, tapi ntar pasti kita jadian..." kata andhika tiba-tiba.
"apa-apaan sih..." jawabku sewot.
"gwe dukung loe deh Dhik" jawab ardi.
aku hanya bergumam sendiri. dan tiba-tiba aku teringat sesuatu.
"ya ampun... gwe lupa...?! kataku tiba-tiba.
"apaan sih ngagetin aja loe...!!" tanya ardi.
"tadi si riska mau ke rumah gwe. malah gwe tinggal kesini...!! gimana donk..??
" biar gwe aja yang jemput.." jawab ardi tiba-tiba.
"hmmm cari kesempatan loe" ledek ku kepada ardi.
"bukannya gwe cari kesempatan. tapi... gwe kasih kesempatan buat kalian" jawab ardi
"apaan sihhh.... egrrrhhh" jawabku.
andhika hanya senyum-senyum melihat perdebatan kami.
sudah hampir satu jam kami menunggu ardi dan riska yang tak kunjung datang dalam diam.
"lama benget sih si ardi..!! kataku tiba-tiba.
"loe ga ngerti ya... apa yang di bilang ardi tadi" jawab andhika.
"maksudnya...?"
"dia kasih kesempatan buat kita berdua..."
"apaan sih..! gwe mau cari mereka" jawabku berusaha menghindari andhika.
namun tiba-tiba andhika menarik tanganku hingga tubuh kami berjatak hanya 5 cm. jantungku berdegup sekencang-kencangnya, aku tidak berani menatap matanya.
"apaan sihh" kataku sambil menghindar dari andhika dan membalikkan badanku.
namun dengan tiba-tiba lagi andhika memelukku dari belakang. dia memelukku dengan erat seperti tidak ingin kehilangan barang yang di inginkannya. hingga aku tidak bisa membebaskan diriku dari pelukannya.
"zi... gwe cuma pengen loe tau... gwe sayang, gwe cinta ama loe" andhika menyatakan perasaannya padaku.
"sorry dhik gwe ga bisa.... maaf, lebih baik loe lupain gwe..." jawabku sedikit membohongi diriku sendiri yang sebenarnya juga mencintai andhika.
"tapi zi... gwe tau loe juga suka sama gwe" kata andhika yang sebenarnya benar.
"pliiis Dhik...jangan paksa gwe..."
aku pun lari menuju rumah. sesampainya di rumah kepalaku terasa berat dan pandanganku kabur, setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi lagi.
setelah aku membuka mata. aku sadar aku berada di rumah sakit. di sebelahku berdiri ibuku yang menangis, ayahku, ardi dan riska.
"zi.. akhirnya loe sadar juga.." kata ardi.
"gwe kok ada di rumah sakit sih...?" tanyaku.
"tadi loe pingsan. ibu loe panik banget, akhirnya gwe bawa loe ke sini." jawab ardi.
"zi.. loe ga pa pa kan....?" tanya riska.
"gwe ga pa pa kok..."
"Di.... andhika ga taukan gwe pingsan..? tanyaku pada ardi.
"gwe belom kasih tahu dia tuh..." jawab ardi
"jangan kasih tau dia yahh.." pinta ku.
"tapi zi.."
"pliss Di... gwe mohon..."
" oke deh..."
"makasih ya..."
keesokan harinya aku memaksakan diri untuk berangkat sekolah, walau sebenarnya ibu belom membolehkannya.
andhika tidak lagi menjemputku, mungkin dia kesal padaku. seperti dulu ardi menjemputku dan berangkat bersama, sebelum sampai di sekolahku aku berpesan pada ardi.
"inget ya Di.. jangan pernah ngomong apapun sama andhika tentang penyakit gwe." pesanku.
"ga janji ya zi..." jawab ardi.
hari-hari ku berjalan seperti biasa. namun tanpa adanya andhika bagiku terasa sepi, entah kenapa aku merasa bersalah padanya.
ketika berada di bawah pohon akasia. ardi datang menghampiriku bersama riska, aku pun bertanya-tanya sejak kapan mereka jadi akrab seperti itu.?
"hai zi...." riska menyapaku...
"heii... gwe mikir sejak kapan kalian akrab gini...? jangan-jangan kalian jadian ga bilang-bilang sama gwe..!!!
mereka berdua hanya nyengir-nyengir sendiri.
"ehmmm gwe tau nih... awas ya kalian...!!
"lagian loe akhir-akhir ini ngelamun terus, mikirin andhika ya....?" tanya riska.
"ya nih... andhika juga sering banget ngelamun, dia nanyain loe terus..". sambung ardi.
"kenapa sih loe ga ngomong aja kalo loe suka sama dia...?" tanya riska lagi.
"itu ga mungkinkan....." kataku
" zi... loe berhak mencintai seseorang...." kata ardi
"tapi gwe ga mau liat orang yang gwe cintai sakit karna gwe..."kataku.
mereka berdua hanya diam.
akhirnya kami bertiga pulang melewati perkebunan teh yang indah. namun tiba-tiba kepalaku pusing spontan aku langsung berhenti.
"kenapa zi...? tanya ardi
"ga pa pa..." jawabku.
kami pun jalan kembali. selang beberapa menit kemudian kepalaku terasa berat sekali dan pandanganku mulai kabur. terasa sangat sakit hingga tidak tahu apa yang ada di sekitarku. di saat itu seperti ada andhika di sebelahku, kemudian terasa gelap dan kemudian aku tidak tahu apa yang terjadi.
saat terbangun badanku terasa sakit semua, seperti lama tak bergerak dan aku seperti berada di rumah sakit. dan ini seperti pagi hari.
sayup-sayup aku melihat ke arah kananku. aku melihat sosok seseorang di sebelahku dan setelah ku amati ternyata itu adalah andhika. aku terkejut melihatnya, dia pun bangun dan melihat ke arahku.
"zi... zi... loe bangun..." kata andhika kepadaku.
"Dhik kok loe ada di sini...?" tanyaku.
"loe kemaren pingsan, dan udah satu minggu ga sadar" kata Andhika.
"satu minggu...!?" tanyaku kaget.
"iya...." jawab andhika.
aku pun terdiam. dengan tiba-tiba andhika memegang tanganku dia terlihat capek. aku berfikir apa dia yang menjagaku selama satu minggu..?
"zi.. kenapa loe ga bilang kalo loe sakit...? kenapa loe biarin gwe salah faham...? gwe mikir kalo loe benci sama gwe.... zi..."
aku terdiam sejenak " maaf Dhik gwe udah buat loe khawatir... tapi gwe janji gwe ga akan bwat loe khawatir lagi..." jawabku dengan memaksa senyum kepadanya.
" bukan itu yang gwe maksud zi..." sela Andhika. "gwe sayang sama loe dan gwe tau loe juga sayang sama gwe Ardi udah cerita semua sama gwe..." lanjut andhika.
"berarti loe juga udah tahu donk alasannya...?"
"gwe sayang sama loe... gwe ga mau kehilangan loe lagi... pliss.." pinta Andhika
"tapi gwe ga bisa Dhik, dan loe tau alasannya apa...!!"
"gwe ga peduli dengan penyakit loe... gwe akan nerima loe apa adanya"
"tapi gwe yang ga bisa, gwe sayang sama loe, dan gwe ga mau jadi beban siapa pun.."
"loe ga pernah jadi beban buat siapa-pun, terutama buat gwe, jadi pliss.."
setelah itu Ardi datang dan Andhika pulang kerumahnya.
"ada apa loe sama andhika" tanya ardi.
"ga da apa-apa..." jawabku.
" tau ga zi... selama satu minggu si andhika terus tuh yang jagain loe"
"darimana dia tau gwe disini, loe ngadu ya...?"
"yee... yang bawa loe kesini aja dia.."
"kok gitu...?"
"ceritanya waktu loe tiba-tiba pingsan di kebun, ga tau darimana si andhika tiba-tiba udah ada di situ, terus loe di bawa kesini deh..." cerita Ardi.
aku hanya diam mendengar cerita ardi. aku baru sadar cinta andhika padaku sangat besar.
esok paginya aku sendiri di rumah sakit karena ibuku baru saja pulang. namun tiba-tiba andhika datang ke rumah sakit.
andhika menatapku tajam. " zi... gwe ga ngerti apa yang ada di pikiran loe sekarang, gwe cuma pengen loe tau gwe sayang sama loe. maaf kalo gwe maksain perasaan gwe ke loe" kata andhika.
"dhik... gwe juga sayang kok sama loe" jawabku. tamat

0 komentar:

Posting Komentar

cinta dibawah pohon akasia terakhir

bel pulang sekolah pun berbunyi. andhika sudah menunggu di depan gerbang sekolahku. seperti saat berangkat sekolah semua mata memandang ke arah kami.
"ngapain loe nunggu gwe..." kataku..
"sepeda loe kan di gwe..." jawab andhika.
"ya udah deh cepetan" jawabku karena tidak ingin ja bi objek smata teman-temanku.
dari saat itu andhika selalu menjemputku sekolah dan mengantarku pulang. itu dilakukannya hampir setiap hari. dan kita seringkali bermain bersama.
hingga suatu hari, setelah sampai di rumah aku ganti baju dan langsung menuju pohon akasia besar di tengah perkebunan, disana sudah ada ardi.
"tumben loe udah di sini...."
"ga pa pa donk sekali-kali..."
"terserah apa kata loe deh" jawabku.
"zi... loe jadian ya sama andhika" tanya ardi tiba-tiba
"ngga tuh... kata siapa loe...? jawabku dengan terkejut.
"beneran nih..." tanya ardi lagi.
tiba tiba andhika datang. " sekarang belom Di, tapi ntar pasti kita jadian..." kata andhika tiba-tiba.
"apa-apaan sih..." jawabku sewot.
"gwe dukung loe deh Dhik" jawab ardi.
aku hanya bergumam sendiri. dan tiba-tiba aku teringat sesuatu.
"ya ampun... gwe lupa...?! kataku tiba-tiba.
"apaan sih ngagetin aja loe...!!" tanya ardi.
"tadi si riska mau ke rumah gwe. malah gwe tinggal kesini...!! gimana donk..??
" biar gwe aja yang jemput.." jawab ardi tiba-tiba.
"hmmm cari kesempatan loe" ledek ku kepada ardi.
"bukannya gwe cari kesempatan. tapi... gwe kasih kesempatan buat kalian" jawab ardi
"apaan sihhh.... egrrrhhh" jawabku.
andhika hanya senyum-senyum melihat perdebatan kami.
sudah hampir satu jam kami menunggu ardi dan riska yang tak kunjung datang dalam diam.
"lama benget sih si ardi..!! kataku tiba-tiba.
"loe ga ngerti ya... apa yang di bilang ardi tadi" jawab andhika.
"maksudnya...?"
"dia kasih kesempatan buat kita berdua..."
"apaan sih..! gwe mau cari mereka" jawabku berusaha menghindari andhika.
namun tiba-tiba andhika menarik tanganku hingga tubuh kami berjatak hanya 5 cm. jantungku berdegup sekencang-kencangnya, aku tidak berani menatap matanya.
"apaan sihh" kataku sambil menghindar dari andhika dan membalikkan badanku.
namun dengan tiba-tiba lagi andhika memelukku dari belakang. dia memelukku dengan erat seperti tidak ingin kehilangan barang yang di inginkannya. hingga aku tidak bisa membebaskan diriku dari pelukannya.
"zi... gwe cuma pengen loe tau... gwe sayang, gwe cinta ama loe" andhika menyatakan perasaannya padaku.
"sorry dhik gwe ga bisa.... maaf, lebih baik loe lupain gwe..." jawabku sedikit membohongi diriku sendiri yang sebenarnya juga mencintai andhika.
"tapi zi... gwe tau loe juga suka sama gwe" kata andhika yang sebenarnya benar.
"pliiis Dhik...jangan paksa gwe..."
aku pun lari menuju rumah. sesampainya di rumah kepalaku terasa berat dan pandanganku kabur, setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi lagi.
setelah aku membuka mata. aku sadar aku berada di rumah sakit. di sebelahku berdiri ibuku yang menangis, ayahku, ardi dan riska.
"zi.. akhirnya loe sadar juga.." kata ardi.
"gwe kok ada di rumah sakit sih...?" tanyaku.
"tadi loe pingsan. ibu loe panik banget, akhirnya gwe bawa loe ke sini." jawab ardi.
"zi.. loe ga pa pa kan....?" tanya riska.
"gwe ga pa pa kok..."
"Di.... andhika ga taukan gwe pingsan..? tanyaku pada ardi.
"gwe belom kasih tahu dia tuh..." jawab ardi
"jangan kasih tau dia yahh.." pinta ku.
"tapi zi.."
"pliss Di... gwe mohon..."
" oke deh..."
"makasih ya..."
keesokan harinya aku memaksakan diri untuk berangkat sekolah, walau sebenarnya ibu belom membolehkannya.
andhika tidak lagi menjemputku, mungkin dia kesal padaku. seperti dulu ardi menjemputku dan berangkat bersama, sebelum sampai di sekolahku aku berpesan pada ardi.
"inget ya Di.. jangan pernah ngomong apapun sama andhika tentang penyakit gwe." pesanku.
"ga janji ya zi..." jawab ardi.
hari-hari ku berjalan seperti biasa. namun tanpa adanya andhika bagiku terasa sepi, entah kenapa aku merasa bersalah padanya.
ketika berada di bawah pohon akasia. ardi datang menghampiriku bersama riska, aku pun bertanya-tanya sejak kapan mereka jadi akrab seperti itu.?
"hai zi...." riska menyapaku...
"heii... gwe mikir sejak kapan kalian akrab gini...? jangan-jangan kalian jadian ga bilang-bilang sama gwe..!!!
mereka berdua hanya nyengir-nyengir sendiri.
"ehmmm gwe tau nih... awas ya kalian...!!
"lagian loe akhir-akhir ini ngelamun terus, mikirin andhika ya....?" tanya riska.
"ya nih... andhika juga sering banget ngelamun, dia nanyain loe terus..". sambung ardi.
"kenapa sih loe ga ngomong aja kalo loe suka sama dia...?" tanya riska lagi.
"itu ga mungkinkan....." kataku
" zi... loe berhak mencintai seseorang...." kata ardi
"tapi gwe ga mau liat orang yang gwe cintai sakit karna gwe..."kataku.
mereka berdua hanya diam.
akhirnya kami bertiga pulang melewati perkebunan teh yang indah. namun tiba-tiba kepalaku pusing spontan aku langsung berhenti.
"kenapa zi...? tanya ardi
"ga pa pa..." jawabku.
kami pun jalan kembali. selang beberapa menit kemudian kepalaku terasa berat sekali dan pandanganku mulai kabur. terasa sangat sakit hingga tidak tahu apa yang ada di sekitarku. di saat itu seperti ada andhika di sebelahku, kemudian terasa gelap dan kemudian aku tidak tahu apa yang terjadi.
saat terbangun badanku terasa sakit semua, seperti lama tak bergerak dan aku seperti berada di rumah sakit. dan ini seperti pagi hari.
sayup-sayup aku melihat ke arah kananku. aku melihat sosok seseorang di sebelahku dan setelah ku amati ternyata itu adalah andhika. aku terkejut melihatnya, dia pun bangun dan melihat ke arahku.
"zi... zi... loe bangun..." kata andhika kepadaku.
"Dhik kok loe ada di sini...?" tanyaku.
"loe kemaren pingsan, dan udah satu minggu ga sadar" kata Andhika.
"satu minggu...!?" tanyaku kaget.
"iya...." jawab andhika.
aku pun terdiam. dengan tiba-tiba andhika memegang tanganku dia terlihat capek. aku berfikir apa dia yang menjagaku selama satu minggu..?
"zi.. kenapa loe ga bilang kalo loe sakit...? kenapa loe biarin gwe salah faham...? gwe mikir kalo loe benci sama gwe.... zi..."
aku terdiam sejenak " maaf Dhik gwe udah buat loe khawatir... tapi gwe janji gwe ga akan bwat loe khawatir lagi..." jawabku dengan memaksa senyum kepadanya.
" bukan itu yang gwe maksud zi..." sela Andhika. "gwe sayang sama loe dan gwe tau loe juga sayang sama gwe Ardi udah cerita semua sama gwe..." lanjut andhika.
"berarti loe juga udah tahu donk alasannya...?"
"gwe sayang sama loe... gwe ga mau kehilangan loe lagi... pliss.." pinta Andhika
"tapi gwe ga bisa Dhik, dan loe tau alasannya apa...!!"
"gwe ga peduli dengan penyakit loe... gwe akan nerima loe apa adanya"
"tapi gwe yang ga bisa, gwe sayang sama loe, dan gwe ga mau jadi beban siapa pun.."
"loe ga pernah jadi beban buat siapa-pun, terutama buat gwe, jadi pliss.."
setelah itu Ardi datang dan Andhika pulang kerumahnya.
"ada apa loe sama andhika" tanya ardi.
"ga da apa-apa..." jawabku.
" tau ga zi... selama satu minggu si andhika terus tuh yang jagain loe"
"darimana dia tau gwe disini, loe ngadu ya...?"
"yee... yang bawa loe kesini aja dia.."
"kok gitu...?"
"ceritanya waktu loe tiba-tiba pingsan di kebun, ga tau darimana si andhika tiba-tiba udah ada di situ, terus loe di bawa kesini deh..." cerita Ardi.
aku hanya diam mendengar cerita ardi. aku baru sadar cinta andhika padaku sangat besar.
esok paginya aku sendiri di rumah sakit karena ibuku baru saja pulang. namun tiba-tiba andhika datang ke rumah sakit.
andhika menatapku tajam. " zi... gwe ga ngerti apa yang ada di pikiran loe sekarang, gwe cuma pengen loe tau gwe sayang sama loe. maaf kalo gwe maksain perasaan gwe ke loe" kata andhika.
"dhik... gwe juga sayang kok sama loe" jawabku. tamat

0 komentar:

Posting Komentar